Senin, 31 Oktober 2011

ASMAUL HUSNA

  1. Ya Rohmaan                : Maha Pengasih
  2. Ya Rohiim                    : Maha Penyayang
  3. Ya Malik                      : Maha Raja
  4. Ya Qudduus                 : Maha Suci
  5. As Salaam                    : Maha Damai
  6. Ya Mu’min                   : Maha Mengamankan
  7. Ya Muhaimin                : Maha Maenjaga
  8. Ya’Aziiz                       : Maha Gagah
  9. Ya Jabbar                    : Maha Perkasa
  10. Ya Mutakabbir            : Maha Pembesar
  11. Ya Khooliq                  : Maha Pencipta
  12. Ya Baari’                     : Maha Penata
  13. Ya Mushowwir            : Maha Pelukis
  14. Ya Ghoffar                   : Maha Pengampun
  15. Ya Qohhaar                 : Maha Pengunjuk Kekuatan
  16. Ya Wahhabb                : Maha Penganugerah
  17. Ya Rozzaaq                  : Maha Penabur Rezeqi
  18. Ya Fattaah                   : Maha Membuka (Hati)
  19. Ya ’Aliim                      : Maha Mengetahui (Ilmu)
  20. Ya Qoobidh                 : Maha Pengendali / Menahan
  21. Ya Baasith                    : Maha Memperluas
  22. Ya Khoofidh                : Maha Merendahkan (demi keadilan)
  23. Ya Roofi’                     : Maha Mengangkat (demi keadilan)
  24. Ya Mu’izz                    : Maha Membeningkan
  25. Ya Mudzill                    : Maha Menyesatkan (demi keadilan)
  26. Ya Samii’                     : Maha Mendengar
  27. Ya Bashiir                    : Maha Melihat
  28. Ya Hakam                    : Maha Menilai
  29. Ya ’Adl                        : Maha Adil
  30. Ya Lathiff                     : Maha Lembut
  31. Ya Khobiir                   : Maha Waspada
  32. Ya Haliim                     : Maha Penyantun
  33. Ya ’Adziim                   : Maha Agung
  34. Ya Ghofuur                  : Maha Pengampun
  35. Ya Syakuur                  : Maha Mensyukuri
  36. Ya ’Aliiy                       : Maha Tinggi
  37. Ya Kabiir                     : Maha Besar
  38. Ya Hafiidh                    : Maha Penjaga
  39. Ya Muqiit                     : Maha Pemelihara
  40. Ya Hasiib                     : Maha Pembuat Perhitungan
  41. Ya Jaliil                        : Maha Luhur
  42. Ya Kariim                    : Maha Mulia
  43. Ya Roqiib                     : Maha Pembaca Rahasia
  44. Ya Mujiib                     : Maha Pemenuh Do’a
  45. Ya Waasi’                    : Maha Luas
  46. Ya Hakiim                    : Maha Bijaksana
  47. Ya Waduud                  : Maha Penyiram Kesejukan
  48. Ya Majiid                     : Maha Penyondong Kemegahan
  49. Ya Baa’its                    : Maha Membangkitkan
  50. Ya Syahiid                    : Maha Menyaksikan
  51. Ya Haqq                      : Maha Benar
  52. Ya Wakiil                     : Maha Pemanggul Amanat
  53. Ya Qowiiy                    : Maha Kuat
  54. Ya Matiin                     : Maha Menggenggam Kekuatan
  55. Ya Waliyy                    : Maha Melindungi
  56. Ya Hamiid                    : Maha Terpuji
  57. Ya Muhshii                   : Maha Menghitung
  58. Ya Mubdi’                   : Maha Memulai
  59. Ya Mu’iid                     : Maha mengembalikan
  60. Ya Muhyi                     : Maha Menghidupkan
  61. Ya Mumiit                    : Maha Mematikan
  62. Ya Hayy                       : Maha Hidup
  63. Ya Qoyyuum                : Maha Menegakkan
  64. Ya Waajid                    : Maha Menemukan
  65. Ya Maajid                    : Maha Mulia
  66. Ya Waahid                   : Maha Tunggal
  67. Ya Ahad                      : Maha Esa
  68. Ya Shomad                  : Maha Tidak Tergantung
  69. Ya Qoodir                    : Maha Menentukan
  70. Ya Muqtadir                 : Maha Berkuasa
  71. Ya Muqoddim              : Maha Mendahulukan
  72. Ya Muakhkhir              : Maha Mengakhirkan
  73. Ya Awwal                    : Maha Permulaan
  74. Ya’ Aakhir                   : Maha Akhir
  75. Ya Zhoohir                   : Maha Jelas Dan Menjelaskan
  76. Ya Baathin                   : Maha Ghaib
  77. Ya Waaliy                    : Maha Memberikan
  78. Ya Muta’aaliy               : Maha Meninggikan
  79. Ya Barr                        : Maha Pembawa Kebaikan
  80. Ya Tawwaab                : Maha Penerima Tobat
  81. Ya Muntaqim               : Maha Menetapkan Bahasan
  82. Ya ’Afuww                  : Maha Pemaaf
  83. Ya Rouuf                      : Maha Pemancar Kasih Sayang
  84. Ya Maalikal Mulki        : Maha Mempunyai Kerajaan
  85. Ya D’zal jalaali Wal Ikrom                    : Maha Memiliki Kebesaran
  1. Ya Muqsith                  : Maha Menyeimbangkan
  2. Ya Jaami’                     : Maha Penghimpun
  3. Ya Ghoniyy                  : Maha Kaya
  4. Ya Mughniyy                : Maha Menganugrah
  5. Ya Maani’                    : Maha Mencegah
  6. Ya Dhoorr                    : Maha Pemberi Derita
  7. Ya Naafi’                     : Maha Pemberi Manfaat
  8. Ya Nuur                       : Maha Bercahaya
  9. Ya Haadi                      : Maha Pemberi Petunjuk
  10. Ya Badii’                      : Maha Pencipta Keindahan
  11. Ya Baaqi                      : Maha Kekal
  12. Ya Waarits                   : Maha Mewarisi Segala Hal
  13. Ya Rosyiid                   : Maha Penabur Petunjuk 
  14. Ya Shobuur                  : Maha Sabar

Selasa, 25 Oktober 2011

LANGKAH-LANGKAH MERAIH SUKSES DALAM MENGHADAPI COBAAN

Sesuai dengan petunjuk Al-qur’an dan sejarah kehidupan Nabi Besar Muhammad SAW membangun pribadi atau karakter harus sejak dini. Nabi Muhammad SAW sejak dalam kandungan sudah mengalami ujian yang berat. Cobaan atau Ujian itu menjadi bekal dalam menghadapi kehidupan yang lebih keras. Ibarat pisau bahan dan asahannya akan menentukan kekuatan dan ketajamannya.
Mengapa bisa begitu, untuk menjadi pribadi yang tahan uji dan berkarakter itu, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Selalu Ingat Kepada Allah SWT
Allah SWT Berfirman :’’Karena itu ingatlah kamu kepada-KU niscaya AKU akan ingat kepadamu.’’ (QS. Al-Baqarah : 152)
Tidak ada sesuatu sekecil apapun dari diri kita sebagai manusia yang bisa dilepaskan dari Allah SWT. Kita ada karena diciptakan oleh Allah SWT, kita hidup karena dihidupkan oleh Allah SWT, Roh kita hanya milik Allah SWT, Kita makan dan minum karena karunia dari Allah SWT dan semua yang ada pada kita, di seluruh alam semesta hanya milik Allah SWT Yang Maha Esa.
Ingatlah Allah SWT ketika kita sedang dirudung duka, sedang dilanda kesedihan, sedang tidak punya uang alias bokek ataupun akan menghadapi Ujian, agar Allah SWT  pun ingat kepada kita, lalu melimpahkan ketenangan di dalam hati kita. Hanya ketenangan hatilah yang bisa mengobati duka dan kesedihan tersebut.
’’DIA-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang – orang mukmin sipaya keimanan mereka bertanbah di samping keimanan mereka(yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana’’ (QS.Al-Fath : 4)

2. Selalu Bersyukur Kepada Allah SWT
            Allah SWT berfirman : ’’..........dan bersyukurlah kepadaKU dan janganlah kamu mengingkari nikmat-KU’’(QS. Al – Baqarah : 152)
            Alqur’an al-karim telah memberikan tuntunan kepada manusia bahwa ’’Bila manusia pandai bersyukur atas nikamat Allah, maka DIA akan menambahkan nikmat kepada mereka, akan tetapi jika manusia mengingkari nikmat – nikmat Allah, maka DIA akan mengazab mereka dengan azab yang pedih.’’
            Ada peribahasa mengatakan, lihatlah ke bawah jangan ke atas, kalau melihat ke atas lebih kaya yang terasa kita kekurangan terus, sementara kalau kita lihat ke bawah maka kita akan lebih bersyukur. Bukan hanya masalah harta saja tapi yang lain juga misalnya kita melihat yang lebih ganteng atau lebih cantik maka pasti kita akan minder. Jika sehat, syukurilah nikmat sehat itu. Jangan melampaui batas dalam halmakan dan minum, sebab hal seperti itu akan menimbulkan penyakit. Jauhilah makan makanan yang membahayakan diri.
            Seringkali gaya hidup menjadi lebih utama dibandingkan fungsinya. Itulah yang kini melanda para remaja, di kota besar ataupun di kampung. Kalau melihat cara berpakaian tidak ada bedanya antara remaja kampung dan remaja kota besar, mungkin yang bisa membedakan adalah tingkat pendidikannya. Meskipun uang banyakharta berlimpah, jika tidak di kelola dengan benar suatu saat akan habis, maka kita harus pandai – pandai bersyukur pada Allah SWT.

3. Keterbatasan Ilmu Tentang Hakikat Sesuatu
            Ketika ilmu dan pemahaman kita tentang sesuatu masih terbatas di permukaan, maka kita memeng cenderung hanya mampu melihat sesuatu dan menilainya sebatas yang terlihat di kulitnya saja alias dangkal. Lalu, kita menjadi demikian menderita ketikatertimpakesulitan,kita meraung – raung dan berduka cita yang berkepanjangan, karena seseorang meninggal dunia, padahal boleh jadi Allah berkehendak mematikannya ketika itu, di samping karena waktu hidupnya di dunia sydah habis, ataukah Allah berkehendak dia mati dalam keadaan soleh dan beriman, sebab apabila terushidup mungkin dia akan menyimpang dari ajaran islam.
            Sebuah contoh yang indah dari Al-qur’an karim tentang seseorang yang ilmu dan pemahamannya masih terbatas di permukaan dan bagaimana sikap yang di tunjukkannya terhadap suatu kejadian yang dialaminya, dengan orang yang ilmu serta pemahamannya telah mencapai tingkat hakki, yaiu tentang Nabi Musa As dan Nabi Khidlir As yang termuat di dalam Al-Qur’an, Surah Al-kahfi ayat 66 – 82.

4. Sabar Menghadapi Coba dan Godaan
            Allah berfirman:
                        ’’Hai orang – orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang – orang yang sabar.’’(QS. Al- Baqarah : 153 )
            Kita sudah sering mendengarkan nasihat tentang ’’sabar’’, juga kita telah membaca buku atau tulisan tentang ’’sabar’’. Sebagaimana sifat – sifat terpuji lainnya, dan seperti kebaikan – kebaikan lainnya, yang sangat mudah mengucapkannya tetapi alangkah sulit untuk menjalankannya. Demikian juga halnya apabila kita ingin menjadi ’’orang yang sabar’’.
            ’’Sesungguhnya hakikat sabar menurut para ahli tasawuf adalah tingkah laku utama yang bersumber dari jiwa, yang dapat mencegah dari perbuatan – perbuatan yang kurang baik, ia merupakan kekuatan dari kemampuan jiwa yang dapat menjaga keselarasan dan keseimbangan serta kebakannya.’’ Demikiankata Imam Abu Abdullah Muhammad Al-Manbaji.
            Tentu menjadi orang sabar itu tidak mudah, sebab apa yabg dilakukan berkaitan dengan hati manusia, dan kita memeklumi bahwa sifat hati itu adalah tidak tetap atau bolak – balik, labil kadang kuat kadang lemah. Maka langkah yang mesti kita tempuh untuk mewujudkan kesabaran di dalam diri kita, antara lain:
Æ     Memohon kepada Allah agar menganugrahi hati kita dengan kesabaran,
Æ     Dengan pendidikan mental atau pendidikan akhlaq yang dilakukan sejak dini,
Æ     Mengetahui keutamaan sabar yang diajarkan Al-Qur’an dan Hadits
Æ     Meneladani kesabaran Rasulullah SAW,
Æ     Melalui latihan secara terus menerus untuk menjadi orang sabar

5. Menegakkan Shalat
            Allah SWT berfirman :’’Hai orang – orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.....’’ (QS.Al-Baqarah : 153)
            Shalat yang baik dan benar akan membentuk jiwa yang kuat dan mental yang tahan uji, apalagi karena ’’shalat’’ itu dapat mencegah orang dari perbuatan keji dan munkar, juga dapat menghilangkan keluh kesah. Akan tetapi, shalat yang bagaimana?. Yaitu shalat yang dilaksanakan secara terus – menerus. Sebagaimana yang kita peroleh dari petunjuk Rasulullah SAW., bahwa kepada setiap orang tua diperintahkan untuk menyuruh anak – anak mengerjakan shalat pada waktu usia mereka 7 tahun, dan bila usiannya sudah mencapai 10 tahun dan tidak melakukan shalat maka pukullah mereka dalam arti pukulan itu sebagai pukulan pendidikan dan bukan untuk menganiaya. Sejak usia baligh, setiaporang telah diwajibkan untuk mengerjakan shalat.
            Pada tahap awal kita merasakan shalat itu sebagai beban yang sangat memberatkan, sehingga tidak jika demikian banyaknya orang islam yang malas dan lalai dalam mengerjakan shalat, pada tahap selanjutnya seseorang tetap mengerjakan shalat setiap datangnya waktu shalat, tetapi apa yang dilakukannya itu ia rasakan sebagai suatu kewajiban atau disikapinya semata-mata karena shalat itu merupakan kewajiban, dan suatu kewajiban dari Allah dan Rosul, dan apabla tidak dikerjakan maka akan berdosa dan masuk ke dalam api neraka. Pada tahap yang ideal adalah manakala seseorang telah memandang ’’shalat’’ itu sebagai suatu kebutuhan,tiodak semata – mata demi kehidupan akhirat tapi juga untuk kepentingan hidup di dunia

6. Menyadari Bahwa Kehidupan Tidak Hanya Di Dunia
            Dari Asma binti yazid yang mengatakan, bahwa pada waktu Ibrahim, putra Rasulullah SAW wafat menangislah Rasul lalu Beliau bersabda :’’Mata meneteskan air mata, hati merasa sedih, dan kami tidak akan mengatakan apa- apa yang mengakibatkan Allah SWT murka.’’ (HR. Ibnu Majah)
            Kemampuan mengendalikan diri sehingga tidak bersikap berlebih – lebihan atau melampaui batas ketika menghadapi musibah kematian, sangat dipengaruhi oleh ’’kesadaran bahwa sesungguhnya kehidupan tidak hanya di dunia’’, ada pula kehidupan lain setelah kita mati. Allah SWT berfirman ’’Dan janganlah kamu mengatakn terhadap orang – orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.’’ (QS.Al-Baqarah : 154). Jelaslah bahwa ada kehidupan setelah mati, ada kehidupan selain kehidupan dunia, itulah kehidupan di alam Barzakh dan kehidupan di negeri akhirat.

Minggu, 23 Oktober 2011

BeRaWal DaRi KeIkhlAsAn

’’Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah SWT dengan memurnikan kekuatan kepada-NYA dalam (menjalankan) agama dengan lurus dab supaya mereka mendirikan shalat...........’’(QS. Al-Bayyinah : 5)
            Semua harus berawal dari ’keikhlasan’, demikian juga shalat. Karena itu, shalat harus dimulai dengan ’niat’ .... ’’Setiap amal tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya.....’’ (HR. Bukhari-Muslim). Imam an-Nawawi menulis sebagai berikut :’’Niat artinya menyengaja. Orang yang shalat hendaknya menyengaja di dalam hatinya, shalat apa yang akan dilakukannya, seperti shalat dzuhur, shalat fardhu dan lainnya. Niat dilakukan bersamaan dengan takbiratul ihram.’’
            Pertama-tama adalah tidak menduakan Allah SWT di dalam keyakinan dan pentembahan. Tiada Tuhan selain Allah dan tiada Tuhan bersama Allah. Satu-satunya Tuhan adalah Allah SWT di dalam keyakinan dan penyembahan. Inilah syarat utama bagi seorang pecinta di dalam perjumpaan dengan Allah SWT ketika shalat dan di akhirat ..........’’Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya.’’ (QS. Al-Kahfi : 110)
            Kemudian, tidak menjadikan tujuan lain kecuali Allah, sebagai tempat tujuan ibadahnya, termasuk shalatnya. Shalatnya haruslah karena dan untuk Allah Allah semata.... ’’sesungguhnya shalatku, pengabdianku, hidup dan matiku, semata-mata untuk Allah SWT, pemelihara alam semesta.’’ Ikhlas adalah mengerjakan segala sesuatu LILLAH. LILLAH bisa berarti kepunyaan Allah SWT, karena Allah dan untuk Allah. Tingkat Ikhlas tertinggi adalah mengerjakan setiap amal untuk Allah SWT.
            ’’Seungguhnya mengkhawatirkan amal itu lebih berat dari amal itu sendiri. Sesungguhnya seseorang benar-benar mengerjakan amal, lalu ditetapkan baginya amal orang-arang yang shaleh, yang dikerjakannya secara sembunyi-sembunyi, yang dilipatgandakan tujuhpuluh kali. Lalu setan senantiasa menghampiri, sehingga ia menceritakan amalnya itu, sehingga amalnya ditetapkan sebagai perbuatan riya’. Hendaklah seseorang yang menjaga agamanya takut kepada Allah SWT dan sesungguhnya rita’ itu merupakan syirik.’’ (HR. Baihaqi- Abu Darda’ ra)
            Sahabatkau! Sesungguhnya ’ikhlas’ itu sesuatu yang berat dan sulit dicapai. Sampai-sampai seseorang yang masih menyaksikan ikhlas di dalam keikhlasannya, maka ia dianggap orang yang belum benar-benar ikhlas. Dzunnun al-Mishri ditanya, ’’kapan seorang hamba mengetahui bahwa dirinya termasuk orang yang ikhlas?’’ Ia menjawab,’’jika hamba itu sudah mengerahkan seluruh kemampuannya dalam ketaatan dan ia merasa senang kedudukannya jatuh di hadapan manusia.’’ Menurut Yahya bin Mu’adz,’’seorang hamba menjadi orang ikhlas, apabila akhlaqnya seperti akhlaq bayi yang masih menyusu, yang tidak peduli orang memujinya atau mencelanya.’’
            Ali Bin Abi Thalib ra berkata, ’’ sesungguhnya, orang yang riya’ memiliki tiga ciri : 1) Malas jika sedang menyendiri dan mengerjakan shalat sunnah sambil duduk, 2) Penuh semangat jika bersama orang yang banyak, 3) Menambah amal jika orang memujinya dan jika orang mengejeknya maka ia mengurangi amalnya.’’ Karena itulah Ikrimah ra berkata,’’Perbanyaklah niat yang benar, karena riya’ tidak akan memasuki niat (yang benar)’’
            Mulailah shalt dengan niat yang benar, sehinnga benar-benar ikhlas dan terjauh dari riya’. Sahabatku! Engkau bisa menilai sendiri, apakh shalatmu ikhlas atau bercampur dengan riya’. Caranya antara lain : Apakah ketika engkau tidal dilihat orang pada waktu shalat, engkau bersemangat dalam shalatmu, ataukah engkau berdiri dengan bermalas-malasan. Apakah engkau membaguskan shalatmu, memperpanjang shalatmu, menambah berbagai shalat sunnah beserta shalat fardhu, karena dipuji atau ingin mendapatkan pujian seseorang. Perhatikanlah, apakah kalau ada orang yang mencelamu, tidak memuji atau engkau tidak mengharap pujian seseorang, engkau tetap membaguskan, menyempurnakan dan memperbanyak shalatmu ataukah tidak. Jadi, marilah kita memulai shalat dengan rasa ’ikhlas’ dan itu hanya bisa di capai ketika kita shalat dengan ’niat yang benar’.

Jumat, 21 Oktober 2011

TUTUPLAH PINTU YANG DIGUNAKAAN SETAN UNTUK MERUSAK HATIMU

Sahabatku! Mungkin kita telah bahwasanya ’Tiada khusyuk tanpa hati’ , karena hati (qalb) adalah sumber khusyuk. Kita telah memaklumi bahwa setiap saat setan selalu berusaha menerobos masuk ke dalam hati, maka tutuplah pintu-pintu itu serapat-rapatnya. Inilah pintu-pintu yang biasa digunakan setan untuk merusak hati kita, yaitu:
  1. Marah, Maka kendalikan kemarahan anda.
  2. Hawa Nafsu, Maka janganlah kamu suka memperturutkan hawa nafsu itu, kendalikan keinginan-keinginan diri yang rendah itu, yang mendorong kita kepda pejahatan dan perbuatan dosa.
  3. Iri Hati, maka peliharalah diri kita dari iri hati, jauhilah dengki.
  4. Rakus, Maka janganlah rakus terhadap materi, harta, terhadap dunia. Jadilah orang yang selalu bersyukur dan merasa puas.
  5. Berlebihan dalam Makan dan Minum. Hindarilah kesenangan berlebih-lebihan dalam hal makan dan minum. Jangan terlalu memenuhi perut dengan makanan dan minuman sampai berlebihan.
  6. Terburu-buru. Hindarilah sikap terburu-buru karena itu juga pintu setan.
  7. Cinta Dunia. Setan paling senang pada manusia yang cinta pada dunia, ia kebanyakan menyesatkan manusia dari pintu ini.
  8. Kikir. Jauhilah kekikiran dan tumbuhkanlah kedermawanan di dalam diri.
  9. Sangka Buruk. Ini juga pintu setan, maka jauhilah prasangka buruk (Suudzon).
Sahabatku! Sesungguhnya setiap keburukan, apalagi kejahatan yang sangat disukai oleh hawa nafsu manusia, adalah pintu-pintu yang dipakai setan untuk merusak hati kita. Ingatlah, bahwa ’’Hanya hati orang beriman yang tulus yang bisa menampung cahaya Allah SWT’’,  tapi itu hanyalah bagi hati yang bersih, yang suci dari penyakit ruhani. Dan kita hanya bisa meraih itu jika berhasil menutup jalan bagi setan yang hendak menyesatkannya. Jika demikian, barulah bisa meraih ’KHUSYUK’ dalam shalat.

Rabu, 19 Oktober 2011

Tubuh Seharum Katsuri

DALAM KITAB Al Akhlaq Al Islamiyyah Lin Nasyi’in ada sebuah kisah yang indah menggetarkan jiwa. Kisah ini terjadi di tanah Syam. Kisah yang banyak disebut dari mulut ke mulut sampai abad ini.
Ini adalah kisah ketakwaan seorang pemuda. Seorang pemuda yang bekerja sebagai penjual kain keliling. Ia berkeliling dari satu daerah ke daerah. Dari satu kawasan ke kawasan lain. Dari lorong ke lorong. Dari rumah ke rumah. Ia berkeliling sambil memanggul kain dagangannya. Akhirnya masyarakat mengenalnya sebagai Si Penjual Kain Keliling.
Diantara kelebihan pemuda ini adalah postur tubuhnya yang gagah. Kulitnya yang putih. Wajahnya yang mempesona. Dan keramahannya yang luar biasa. Sehingga siapapun yang melihatnya akan terpesona karenanya. Itulah karunia Allah yang dianugerahkan kepadanya.
Suatu hari, ketika ia sedang berkeliling menjajakan dagangannya, tiba-tiba ada seorang wanita memanggilnya. Ia pun segera menghampiri. Wanita ini menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Rumah itu sangat mewah. Agaknya wanita itu termasuk golongan bangsawan. Begitu masuk rumah, dengan sebuah kelihaian wanita itu bisa mengunci pintu. Wanita itu sangat terpesona dengan ketampanannya. Wanita itu telah lama tergila-gila padanya. Sudah berkali-kali diam-diam wanita itu memandangi ketampanannya ketika pemuda itu lewat di depan rumahnya.
Wanita itu berkata, “Duhai pemuda tampan. Sebenarnya aku memanggilmu tidak untuk membeli barang daganganmu, tapi semata karena aku sangat mencintaimu. Selama ini aku tergila-gila pada ketampananmu.”
Pada saat itu, tak ada seorang pun didalam rumah selain mereka berdua. Wanita bangsawan itu dengan penuh harap merayunya untuk berzina. Sang pemuda pun mengingatkannya dan menakutinya akan pedihnya siksa Allah. Namun, semua usahanya sia-sia belaka. Setiap perkataan yang diucapkan pemuda itu justru membuat wanita itu semakin menggila dan nekat. Wanita itu justru semakin tertantang untuk menaklukkan pemuda itu. Namun pemuda itu tak bergeming dengan keimanannya. Ia menolak dengan tegas.
Karena sang pemuda tetap saja menolak, wanita itu mengancam, “Jika kamu tidak menurut apa yang kuperintahkan, aku akan berteriak sekeras-kerasnya dan mengatakan kepada orang-orang bahwa ada orang yang masuk kerumahku dan ingin memperkosaku. Mereka pasti mempercayai ucapanku karena kedudukanku dan karena kamu telah memasuki rumahku. Akibatnya kamu akan binasa. Kau akan dianggap penjahat paling nista. Dan orang-orang itu bisa marah dan menggantungmu hidup-hidup ! “
Wanita itu mengancam dengan serius. Pemuda itu terus berfikir bagaimana mencari jalan keluar. Ia tak mau maksiat tapi juga tak mau mengalami hal yang konyol. Diserapahi orang banyak sebagai penjahat lalu digantung tanpa ampun, sungguh hal yang sangat menyakitkan. Beberapa detik kemudian sekonyong-konyong terbitlah ide nekatnya. Terkadang tindakan nekat harus dilawan dengan nekat juga. Sambil tersenyum ia berkata, “Baiklah. Bolehkah aku ke kamar mandi untuk bersih-bersih dahulu ? Lihatlah tubuhku penuh dengan peluh yang baunya tidak sedap ! “
Begitu mendengar ucapannya, wanita tersebut sangat gembira karena mengira ia akan menuruti keinginannya dan berkata dengan hati meluapkan kegembiraan, “O tentu saja boleh, aduhai kekasihku dan belahan jiwaku. Sungguh ini adalah kesempatan luar biasa.”
Sang pemuda pun segera masuk ke kamar mandi, ia mengatakan itu tadi sekedar untuk menyelamatkan diri sesaat. Mencari tempat yang tenang untuk berfikir. Sampai di dalam kamar mandi tubuhnya gemetar karena takut terjatuh pada kemaksiatan. Wanita adalah perangkap setan. Tak ada seorang laki-laki dan wanita yang berduaan, kecuali ada yang ketiga adalah setan. Demikianlah sabda Rasulullah Saw.
Ia pasrah kepada Allah. Ya Allah, apa yang mesti aku lakukan ? Berilah hamba-Mu petunjuk ya Allah. Tiba-tiba tercetus sesuatu dalam fikirannya, ia bergumam, “Aku tahu pasti, diantara golongan yang akan mendapatkan naungan pada hari tidak ada naungan lagi di hari kiamat adalah seorang pemuda yang diajak berzina oleh seorang wanita cantik dan berkedudukan, lalu ia mengatakan, ‘Sungguh aku takut pada Allah !’ Aku juga tahu bahwa orang yang meninggalkan sesuatu karena takut pada Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Tidak sedikit orang yang menurutkan hawa nafsunya, maka ia akan membawa penyesalan sampai akhir hayatnya. Jika aku lakukan kemaksiatan ini, Allah akan menghilangkan cahaya dan kenikmatan dari hatiku. Duhai Tuhan, tidak, tidak ! Sekali-kali aku tidak akan melakukannya ! Tapi apa yang bisa aku perbuat ? Apakah aku harus loncat dari jendela ? hal itu tidaklah mungkin karena jendela ini terkunci sangat kuat dan sulit sekali membukanya. Kalau begitu aku harus melumuri tubuhku dengan kotoran. Ya aku harus melumuri tubuhku dengan kotoran. Semoga jika ia melihatku seperti itu, ia akan merasa jijik lalu mengusirku.”
Benar saja, ia lalu buang air besar dan melumuri seluruh tubuhnya dengan kotoran buang air besarnya. Seluruh rambutnya, mukanya, dada, tangan, dan semuanya. Ia sendiri sebenarnya merasa jijik. Bahkan ia mual dan sempat muntah. Sambil menangis ia berkata, “Ya Allah ya Rabbi, karena rasa takutku pada-Mulah aku melakukan ini ! maka gantikanlah untukku yang lebih baik.”
Lalu iapun keluar dari kamar mandi. Dan begitu wanita tersebut melihatnya ia terkejut bukan main. Ia merasa jijik. Ia menjerit dan berteriak dengan keras, “Keluarlah, hai orang gila ! Dasar pemuda gila, keluar kau jangan kau kotori rumahku.”
Ia berjalan keluar dan berpura-pura bertingkah laku seperti orang gila. Begitu sampai diluar ia cepat-cepat cari tempat yang aman. Ia takut dilihat orang dan takut mereka akan menggunjingnya. Jika itu yang terjadi barang dagangannya bisa tidak laku, karena ia akan dianggap benar-benar gila. Beberapa orang yang melihatnya terheran-heran dan menertawakannya. Ia terus berjalan menuju rumahnya lewat jalan yang sepi. Ia merasa sangat lega ketika sampai dirumahnya. Ia langsung melepas pakaiannya dan segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan seluruh tubuhnya.
Ketika ia keluar dari kamar mandi, Allah SWT menunjukkan kekuasan-Nya. Allah menjadikan bau harum yang luar biasa memancar dari seluruh pori-pori tubuhnya hingga ajal menjemputnya. Bau itu tercium dari jarak beberapa meter. Akhirnya ia dikenal dengan sebutan “Al-Miski” atau Orang Yang Seharum Kesturi.
Kisah ini menjadi bukti keagungan Allah. Kisah nyata ini masih bisa dilihat bekasnya. Di tanah Syam, ada sebuah makam yang tertuliskan “Al-Miski”.
Itulah kubur orang mulia yang menjaga kesuciannya ini.


Sumber Tulisan Oleh : Habiburrahman El Shirazy

Sabtu, 08 Oktober 2011

Keajaiban Basmalah

SYAIKH MUHAMMAD AS-SANWANI, Grand Syaikh Al-Azhar Mesir yang ke-13, dalam kitabnya yang bernama “Hasyiyah Ala Mukhtashar Ibnu Jamrah” yang berisi penjelasan kitab Mukhtashar Shahih Bukhari, menulis beberapa kisah nyata tentang keajaiban basmalah.
Di antaranya, beliau menuturkan, “Suatu ketika Abu Hurairah ra.,salah seorang sahabat nabi terkenal, bertemu dengan setan penggoda orang mukmin dan setan penggoda orang kafir. Setan penggoda orang kafir itu gemuk, segar, rapi, dan memakai baju bagus. Sedangkan setan penggoda orang mukmin kurus, kering, kusut, dan telanjang.
Setan gemuk itu bertanya pada setan penggoda kaum mukmin yang kurus, “Kenapa keadaanmu menyedihkan, kau kurus kering, kusut dan telanjang ?”
Setan kurus menjawab, “Aku bertugas menggoda orang mukmin yang selalu berzikir dan membaca basmalah menyebut nama Allah. Ketika hendak makan dan minum ia membaca basmalah menyebut nama Allah, maka aku tetap lapar dan haus. Ketika memakai minyak ia menyebut nama Allah, maka aku tetap kusut. Dan ketika memakai baju ia juga menyebut nama Allah sehingga aku tetap telanjang ! “
Setan gemuk menyahut, “Kalau begitu aku beruntung. Aku bersama orang kafir yang tidak pernah menyebut nama Allah. Pada waktu makan ia tidak menyebut nama Allah sehingga aku bisa makan bersamanya sampai puas. Ketika minum dia juga tidak menyebut nama Allah sehingga aku bisa ikut minum. Ketika memakai minyak ia tidak menyebut nama Allah sehingga aku ikut minyakan. Dan ketika memakai pakaian ia tidak menyebut nama Allah sehingga aku ikut memakai pakaiannya.”
***
Begitulah, betapa agung faidah membaca basmalah. Setan tidak bisa ikut makan makanan orang yang membaca “Bismillahirrahmanirrahim !”
Bahkan dalam sebuah hadis Rasulullah Saw bersabda, bahwa rumah yang dibacakan basmalah maka setan tidak akan bercokol dan bermalam di dalamnya.
Baginda Rasulullah Saw mengajarkan agar umatnya memulai segala perbuatan baiknya dengan membaca basmalah, menyebut nama Allah SWT. Agar perbuatannya itu benar-benar penuh berkah, tidak diganggu setan dan mendapatkan ridha dari Allah Yang Maha Rahman.

Minggu, 02 Oktober 2011

MeNaHan MaRah



bismi-lLah wa-lhamdu li-lLah wa-shshalatu wa-ssalamu ‘ala rasuli-lLah wa ‘ala alihi wa ashhabihi wa ma-wwalah, amma ba’d, assalamu ‘alaikum wa rahmatu-lLahi wa barakatuH,
“… dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS 3: 134)
Saudaraku, ayat di atas menerangkan 3 tingkatan para wali:

Pertama, menahan amarahnya terhadap orang lain. Terkadang masih tersimpan dendam untuk membalas orang yang berbuat kesalahan terhadapnya.

Kedua, memaafkan kesalahan orang lain. Mengampuni kesalahan orang itu, tidak mencelanya, dan tidak ada dendam untuk membalas kejahatan orang itu.

Ketiga, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Memaafkan kesalahan orang itu, tidak ada dendam, mendoakan orang tersebut dan berbuat kebaikan.

Suatu hari, Khalifah Harun ar Rasyid sedang menjamu para undangan penting, di antaranya para menteri, gubernur, dan panglima perangnya. Tiba-tiba seorang budak yang bertugas membawa minuman menumpahkan kendi, dan basahlah baju sang khalifah. Dengan muka yang memerah sang khalifah menatap pelayan tersebut.
Pelayan yang cerdik itu berkata, “Wahai amirul mukminin, bukankah Allah berfirman, …dan orang-orang yang menahan amarahnya”.
Khalifah menjawab, “Aku telah menahan amarahku”.
Pelayan itu berkata lagi,”..dan mema`afkan (kesalahan) orang”.
Khalifah menjawab, “Aku telah mema’afkan kamu”.
Pelayan itu berkata lagi, “..dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
Sang khalifah pun berkata, “Sekarang, aku memerdekakanmu karena Allah”.