Sesuai dengan petunjuk Al-qur’an dan sejarah kehidupan Nabi Besar Muhammad SAW membangun pribadi atau karakter harus sejak dini. Nabi Muhammad SAW sejak dalam kandungan sudah mengalami ujian yang berat. Cobaan atau Ujian itu menjadi bekal dalam menghadapi kehidupan yang lebih keras. Ibarat pisau bahan dan asahannya akan menentukan kekuatan dan ketajamannya.
Mengapa bisa begitu, untuk menjadi pribadi yang tahan uji dan berkarakter itu, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Selalu Ingat Kepada Allah SWT
Allah SWT Berfirman :’’Karena itu ingatlah kamu kepada-KU niscaya AKU akan ingat kepadamu.’’ (QS. Al-Baqarah : 152)
Tidak ada sesuatu sekecil apapun dari diri kita sebagai manusia yang bisa dilepaskan dari Allah SWT. Kita ada karena diciptakan oleh Allah SWT, kita hidup karena dihidupkan oleh Allah SWT, Roh kita hanya milik Allah SWT, Kita makan dan minum karena karunia dari Allah SWT dan semua yang ada pada kita, di seluruh alam semesta hanya milik Allah SWT Yang Maha Esa.
Ingatlah Allah SWT ketika kita sedang dirudung duka, sedang dilanda kesedihan, sedang tidak punya uang alias bokek ataupun akan menghadapi Ujian, agar Allah SWT pun ingat kepada kita, lalu melimpahkan ketenangan di dalam hati kita. Hanya ketenangan hatilah yang bisa mengobati duka dan kesedihan tersebut.
’’DIA-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang – orang mukmin sipaya keimanan mereka bertanbah di samping keimanan mereka(yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana’’ (QS.Al-Fath : 4)
2. Selalu Bersyukur Kepada Allah SWT
Allah SWT berfirman : ’’..........dan bersyukurlah kepadaKU dan janganlah kamu mengingkari nikmat-KU’’(QS. Al – Baqarah : 152)
Alqur’an al-karim telah memberikan tuntunan kepada manusia bahwa ’’Bila manusia pandai bersyukur atas nikamat Allah, maka DIA akan menambahkan nikmat kepada mereka, akan tetapi jika manusia mengingkari nikmat – nikmat Allah, maka DIA akan mengazab mereka dengan azab yang pedih.’’
Ada peribahasa mengatakan, lihatlah ke bawah jangan ke atas, kalau melihat ke atas lebih kaya yang terasa kita kekurangan terus, sementara kalau kita lihat ke bawah maka kita akan lebih bersyukur. Bukan hanya masalah harta saja tapi yang lain juga misalnya kita melihat yang lebih ganteng atau lebih cantik maka pasti kita akan minder. Jika sehat, syukurilah nikmat sehat itu. Jangan melampaui batas dalam halmakan dan minum, sebab hal seperti itu akan menimbulkan penyakit. Jauhilah makan makanan yang membahayakan diri.
Seringkali gaya hidup menjadi lebih utama dibandingkan fungsinya. Itulah yang kini melanda para remaja, di kota besar ataupun di kampung. Kalau melihat cara berpakaian tidak ada bedanya antara remaja kampung dan remaja kota besar, mungkin yang bisa membedakan adalah tingkat pendidikannya. Meskipun uang banyakharta berlimpah, jika tidak di kelola dengan benar suatu saat akan habis, maka kita harus pandai – pandai bersyukur pada Allah SWT.
3. Keterbatasan Ilmu Tentang Hakikat Sesuatu
Ketika ilmu dan pemahaman kita tentang sesuatu masih terbatas di permukaan, maka kita memeng cenderung hanya mampu melihat sesuatu dan menilainya sebatas yang terlihat di kulitnya saja alias dangkal. Lalu, kita menjadi demikian menderita ketikatertimpakesulitan,kita meraung – raung dan berduka cita yang berkepanjangan, karena seseorang meninggal dunia, padahal boleh jadi Allah berkehendak mematikannya ketika itu, di samping karena waktu hidupnya di dunia sydah habis, ataukah Allah berkehendak dia mati dalam keadaan soleh dan beriman, sebab apabila terushidup mungkin dia akan menyimpang dari ajaran islam.
Sebuah contoh yang indah dari Al-qur’an karim tentang seseorang yang ilmu dan pemahamannya masih terbatas di permukaan dan bagaimana sikap yang di tunjukkannya terhadap suatu kejadian yang dialaminya, dengan orang yang ilmu serta pemahamannya telah mencapai tingkat hakki, yaiu tentang Nabi Musa As dan Nabi Khidlir As yang termuat di dalam Al-Qur’an, Surah Al-kahfi ayat 66 – 82.
4. Sabar Menghadapi Coba dan Godaan
Allah berfirman:
’’Hai orang – orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang – orang yang sabar.’’(QS. Al- Baqarah : 153 )
Kita sudah sering mendengarkan nasihat tentang ’’sabar’’, juga kita telah membaca buku atau tulisan tentang ’’sabar’’. Sebagaimana sifat – sifat terpuji lainnya, dan seperti kebaikan – kebaikan lainnya, yang sangat mudah mengucapkannya tetapi alangkah sulit untuk menjalankannya. Demikian juga halnya apabila kita ingin menjadi ’’orang yang sabar’’.
’’Sesungguhnya hakikat sabar menurut para ahli tasawuf adalah tingkah laku utama yang bersumber dari jiwa, yang dapat mencegah dari perbuatan – perbuatan yang kurang baik, ia merupakan kekuatan dari kemampuan jiwa yang dapat menjaga keselarasan dan keseimbangan serta kebakannya.’’ Demikiankata Imam Abu Abdullah Muhammad Al-Manbaji.
Tentu menjadi orang sabar itu tidak mudah, sebab apa yabg dilakukan berkaitan dengan hati manusia, dan kita memeklumi bahwa sifat hati itu adalah tidak tetap atau bolak – balik, labil kadang kuat kadang lemah. Maka langkah yang mesti kita tempuh untuk mewujudkan kesabaran di dalam diri kita, antara lain:
Æ Memohon kepada Allah agar menganugrahi hati kita dengan kesabaran,
Æ Dengan pendidikan mental atau pendidikan akhlaq yang dilakukan sejak dini,
Æ Mengetahui keutamaan sabar yang diajarkan Al-Qur’an dan Hadits
Æ Meneladani kesabaran Rasulullah SAW,
Æ Melalui latihan secara terus menerus untuk menjadi orang sabar
5. Menegakkan Shalat
Allah SWT berfirman :’’Hai orang – orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.....’’ (QS.Al-Baqarah : 153)
Shalat yang baik dan benar akan membentuk jiwa yang kuat dan mental yang tahan uji, apalagi karena ’’shalat’’ itu dapat mencegah orang dari perbuatan keji dan munkar, juga dapat menghilangkan keluh kesah. Akan tetapi, shalat yang bagaimana?. Yaitu shalat yang dilaksanakan secara terus – menerus. Sebagaimana yang kita peroleh dari petunjuk Rasulullah SAW., bahwa kepada setiap orang tua diperintahkan untuk menyuruh anak – anak mengerjakan shalat pada waktu usia mereka 7 tahun, dan bila usiannya sudah mencapai 10 tahun dan tidak melakukan shalat maka pukullah mereka dalam arti pukulan itu sebagai pukulan pendidikan dan bukan untuk menganiaya. Sejak usia baligh, setiaporang telah diwajibkan untuk mengerjakan shalat.
Pada tahap awal kita merasakan shalat itu sebagai beban yang sangat memberatkan, sehingga tidak jika demikian banyaknya orang islam yang malas dan lalai dalam mengerjakan shalat, pada tahap selanjutnya seseorang tetap mengerjakan shalat setiap datangnya waktu shalat, tetapi apa yang dilakukannya itu ia rasakan sebagai suatu kewajiban atau disikapinya semata-mata karena shalat itu merupakan kewajiban, dan suatu kewajiban dari Allah dan Rosul, dan apabla tidak dikerjakan maka akan berdosa dan masuk ke dalam api neraka. Pada tahap yang ideal adalah manakala seseorang telah memandang ’’shalat’’ itu sebagai suatu kebutuhan,tiodak semata – mata demi kehidupan akhirat tapi juga untuk kepentingan hidup di dunia
6. Menyadari Bahwa Kehidupan Tidak Hanya Di Dunia
Dari Asma binti yazid yang mengatakan, bahwa pada waktu Ibrahim, putra Rasulullah SAW wafat menangislah Rasul lalu Beliau bersabda :’’Mata meneteskan air mata, hati merasa sedih, dan kami tidak akan mengatakan apa- apa yang mengakibatkan Allah SWT murka.’’ (HR. Ibnu Majah)
Kemampuan mengendalikan diri sehingga tidak bersikap berlebih – lebihan atau melampaui batas ketika menghadapi musibah kematian, sangat dipengaruhi oleh ’’kesadaran bahwa sesungguhnya kehidupan tidak hanya di dunia’’, ada pula kehidupan lain setelah kita mati. Allah SWT berfirman ’’Dan janganlah kamu mengatakn terhadap orang – orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.’’ (QS.Al-Baqarah : 154). Jelaslah bahwa ada kehidupan setelah mati, ada kehidupan selain kehidupan dunia, itulah kehidupan di alam Barzakh dan kehidupan di negeri akhirat.